Jumat, 08 Mei 2009

SIKAP HIDUP DALAM DUNIA SEKULER

Pendahuluan.

Baca Ester 1- 2 !

Ester seorang anak yatim- piatu yang dibesarkan oleh pamannya, Mordekai. Mereka

berasal dari Yerusalem, hidup dalam pembuangan di Persia (Iran). Suatu kali Raja Ahasyweros mengadakan pesta 180 hari, untuk memamerkan kekayaan dan kemuliaannya.

Dari kitab Ester kita bisa belajar sikap orang percaya untuk hidup dalam dunia ini dan melihat bahwa Tuhan tetap bekerja walaupun dalam masyarakat yang sangat duniawi dan tidak mengenal Tuhan.



Ø Persia bisa digambarkan seperti dunia sekarang ini, keberhasilan disamakan dengan kemakmuran dan banyaknya materi. Kemakmuran bukan saja dikejar orang jaman sekarang, tetapi sudah sejak jaman dahulu. Sebagai orang percaya dengan mudah kita terjebak dengan kehidupan yang memamerkan kemewahan, lebih memilih kemakmuran dari pada kehidupan yang berkwalitas dan bertahan lama. Manusia jaman sekarang banyak membuang waktu untuk mengejar kesenangan dan kenikmatan.

Ø Bagi kita yang mengalami masalah baik dalam keuangan, penyakit, kepahitan,

masa lalu, yang merasa bahwa Tuhan seolah-olah tidak peduli, kita bisa belajar dari Ester. Yang walaupun Ester anak yatim- piatu, besar dalam pembuangan, tetapi bisa menjadi kunci kehidupan dari sebuah bangsa. Hanya Tuhan yang sanggup mengerjakan hal ini, Ia bekerja secara diam-diam, tidak kelihatan dalam setiap aspek kehidupan kita.



Kitab Ester akan saya bagi menjadi 2 bagian:

I. Kitab Ester 1 – 2, Sikap hidup dalam dunia sekuler.

Kita akan melihat 3 tokoh penting, yaitu peranan Tuhan, karakter Mordekai dan Ester yang hidup dalam dunia yang sangat duniawi dan tidak mengenal Tuhan.

II. Kitab Ester 3 – 10, Sikap hidup dalam menghadapi tantangan

Tokoh yang penting Haman, Mordekai dan Ester, kita belajar dari sikap mereka, serta campur tangan Tuhan.



I. Sikap hidup dalam dunia sekuler:

Dunia yang sekuler ialah keadaan dunia sekarang ini, manusia sangat duniawi dan tidak mengenal Tuhan seeprti yang tertulis dalam surat Paulus yang kedua kepada Timotius ( 2 Tim.3:1-5).



Dalam bagian pertama ini kita akan melihat peranan Tuhan, karakter Mordekai dan Ester.

1.1. Peranan Tuhan

Baru-baru ini Tuhan memberi kami kesempatan kembali mengunjungi Amerika, Korea dan Indonesia. Yang sangat terkesan ialah saya memiliki pandangan yang berbeda tentang Tuhan melalui negara dan orangnya.

Di Amerika pada umumnya terlalu komersial, dan kapitalis. Kreatifitas manusia mendatangkan uang yang sangat berlimpah, sehingga negera ini dikenal dengan kemakmurannya. Amerika: Tuhan dihubungkan dengan materi.

Di Korea pada umumnya mereka bekerja keras untuk bisa hidup. Keluarga merupakan prioritas kedua. Korea: Tuhan dihubungkan dengan pengorbanan dan penyangkalan diri.

Di Indonesia sebagian orang berjuang dalam mengumpulkan materi dan sebagian lagi mencari kesempatan untuk mendapatkan uang dengan sangat mudah. Indonesia: Tuhan dihubungkan dengan Allah yang tidak mampu mencukupi kebutuhan.

Di Eropah kita tidak melihat nama Tuhan disebut. Di Eropah: Tuhan dihubungkan dengan Allah yang sangat jauh. Di Australia, orang hidup santai, malas-malasan, Tuhan bisa dibilang sangat baik dan bukan Tuhan yang mendidik dan mendisiplin.



Dari kitab Ester ini kita akan mengenal Allah lebih dalam lagi.

Kalau dalam kisah Yusuf, Allah sendiri, tidak pernah berbicara langsung kepada Yusuf (Alkitab hanya mencatat Yusuf mendapat kasih dihadapan Tuhan) tetapi dalam kitab Ester kita sama sekali tidak menemukan kata Tuhan, tidak ada tertulis tentang Tuhan, Ester satu-satunya kitab dari 66 kitab di Alkitab yang tidak ada disebut nama Tuhan sama sekali. Tidak ada doa yang dinaikkan kepada Tuhan, tidak ada yang menyebut bahwa ‘Tuhan ada disini’ atau ‘Tuhan menyertai’. Juga tidak ada tertulis ‘Aku Tuhan berkuasa’; ‘Aku menyertai Ester.’ Tuhan sama sekali tidak nampak dalam kitab Ester. Dia benar-benar diam. Tetapi bukan berarti Ia tidak peduli, melainkan Ia tetap bekerja secara diam-diam atau tidak kelihatan.



Matthew Henry mengatakan, “But, though the name of god be not in it (Ester), the finger of God is directing many minute events for the bringing about of His people’s deliverance.”



Rasul Paulus menulis di Roma 11:33: “O, alangkah dalamya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusannya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya.”



1.2. Karakter Mordekai

Ester 2:5-7, Mordekai orang Yahudi, pembuangan yang diangkut dari Yehuda, pengasuh Hadasa atau Ester yang bapa ibunya sudah meninggal dan mengangkatnya menjadi anak.



Karakter Mordekai:

§ Mordekai seorang yang setia dan takut kepada Tuhan.

§ Mordekai seorang yang berintegritas (perbuatan serupa dengan hati), tulus dan jujur

Hal ini bisa dilihat dari cara ia mendidik Ester dan sikapnya menghadapi Haman.

Ester di didik oleh Mordekai menjadi orang yang setia dan taat meskipun hidup dalam lingkungan kerajaan yang penuh kekerasan.

Mordekai berhasil mendidik Ester sehingga ia sadar akan tugasnya, berani dan bermoral baik.

§ Seorang tua atau pengasuh yang setia dan bertanggung jawab (2:19)

Mordekai duduk dipintu gerbang untuk mengetahui keadaan Ester.



Mordekai seorang yang hidup dalam pembuangan, hidup dalam keadaan politik yang tidak tentram, mengalami tekanan secara social dan emosional, dalam kebudayaan asing, tetapi ia berhasil mendidik dan membesarkan Ester. Ester dibekali dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang dan menyelesaikan masalah dengan baik.

Ini merupakan tantangan bagi orang tua dalam tanggung jawabnya membesarkan dan mendidik anak, memberi mereka fondasi yang kuat dalam hidup.

Orang tua mudah sekali berfokus pada pendidikan anak, prestasi dalam ujian, prestasi dalam sport dan bermain musik, tetapi tidak banyak orang tua yang memandang serius pembentukan karakter anak yang baik, jujur dan tulus. Anak bertumbuh dengan memiliki nilai yang baik, bisa dipercayai dan diandalkan, takut kepada Tuhan.

Di LA baru-baru ini para orang tua resah dengan keadaan anak-anaknya yang banyak terikat dengan games di internet, sedangkan sebagian besar games tersebut berkadar pornography, sehingga gereja Indonesia berusaha membantu orang tua mengatasi hal ini.

Kebanyakan anak yang dibesarkan di luar negeri bebas mengerjakan apa yang dipandangnya baik, tidak bisa menghargai orang tua dan dengan orang yang lebih tua.

Contoh:

§ Businessman yang sulit melayani karena karakter

§ Ayah Karl Marx

Billy Graham pernah mengatakan: “Integritas adalah lem yang merekatkan cara hidup kita menjadi satu dan kita harus terus berjuang untuk menjaga agar integritas kita tetap utuh.”



1.3. Karakter Ester

Ester seorang anak yatim- piatu, hidup serba sederhana, tidak pernah berhubungan dengan kerajaan Persia yang sangat berkuasa. Menurut sejarah, Ester kira-kira berumur 16-18 tahun, dibawah 20 tahun, waktu dia terpilih menjadi ratu kecantikan, jaman sekarang bisa dikatakan sebagai miss world, karena Negara Persia merupakan kerajaan terbesar dan terkuat pada waktu itu. Ester yang cantik secara jasmani, memiliki karakter yang indah.



§ Seorang gadis yang baik dan menggugah kasih sayang orang (Ester 2: 9)

Wajah Ester memancarkan kebaikan sehingga Ester menjadi kesayangan Hegai, pengasuhnya dan disukai gadis sekitarnya.

Ester memiliki karakter yang mudah diajar (teachable), ia mendengarkan dan mengikuti semua perintah Hegai, tidak sok tahu. Karakter yang baik mau menerima nasehat dan belajar dari yang lain, karena kita sering tidak tahu siapa yang Tuhan pakai untuk membimbing kita.



§ Ester bisa menguasai lidahnya, tidak membuka rahasia tentang latar belakangnya seperti diperintahkan Modekai (Ester 2:10, 20)

Hal ini tidak mudah bagi seorang wanita. Ester merahasiakan asal usulnya walaupun sudah menjadi ratu.

Amsal 21:23: “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari kesukaran”



§ Ester taat dan respek kepada Mordekai walaupun sudah menjadi ratu (2:20)

Ia tetap berbuat menurut perkataan Mordekai seperti pada waktu dalam asuhannya,

meskipun ia bisa saja lupa akan asal usulnya karena ia menjadi seorang ratu. Ia masih rendah hati dan menghormati Mordekai.

Sifat Ester ini tentu didapatkan dari pendidikan Mordekai. Ia dalam usia muda mau menuruti Mordekai melamar menjadi ratu kecantikan dan menghabiskan seluruh hidupnya dalam istana raja dan juga mau memberitahukan kapada raja tentang sekongkolan 2 orang yang ingin membunuh raja sesuai perintah Mordekai.



§ Ester tidak memikirkan diri sendiri dan tidak mengambil kredit untuk diri sendiri (Ester 2:22-23).

Bisa saja Ester mengambil kredit bahwa ia yang menemukan persekongkolan itu, karena ia masih baru, untuk menarik perhatian dan kasih sayang raja.



Banyak orang tidak bisa bekerja secara team karena ingin mendapatkan kredit, gereja mengalami perpecahan, keluarga mengalami keretakan, apalagi business partnership.

Dari sini kita belajar kalau kita mau mengalah memberikan kredit kepada orang yang seharusnya mendapatkannya, maka dimasa mendatang kita akan mendapatkan benefitnya, karena Tuhan akan bekerja melaksanakan rencananya.

Dengan Ester memberikan kredit kepada Mordekai, maka Tuhan mengingatkan raja dikemudian hari akan jasa Mordekai sehingga terjadi pembebasan orang Israel.

Dengan mengambil kredit dari orang lain akan terjadi kepahitan, rasa curiga dan menghancurkan kerja sama secara efektif.



Dari pelajaran ini kita menarik kesimpulan:

§ Walaupun kita tidak merasakan hadirat Tuhan dan Tuhan tidak berbicara sama sekali, kita harus tetap mempertahankan karakter/value yang baik.

§ Karakter Mordekai yang bijaksana dan berintegritas, mendidik Ester dengan fondasi yang baik dan menanamkan rasa respek dan takut pada Tuhan.

§ Karakter Ester yang baik dan menimbulkan belas kasihan orang sekitarnya.

§ Kerja-sama antara Ester dan Mordekai, dua orang yang jujur dan tulus hatinya, mendatangkan pertolongan Tuhan.



Konklusi:

Rencana Tuhan bisa digenapi karena ada orang seperti Mordekai dan Ester. Mordekai yang bijaksana, tulus dan jujur membesarkan Ester dengan nilai yang baik. Ester tetap taat dan respek kepada Mordekai, meskipun ia dalam lingkungan kerajaan yang penuh kekuasaan, kekayaan dan kenamaan.

Mazmur73:1,

“Sesungguhnya Tuhan itu baik bagi orang yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya”.



Apa yang menjadi beban atau masalah Kita?

Keadaan politik Indonesia yang tidak menentu, business atau pekerjaan orang tua yang masih sulit akibat krisis ekonomi, keadaan sekolah kita yang sulit, sakit-penyakit ataupun masalah jodoh, hubungan orang tua anak, hubungan papa-mama, seolah-olah Tuhan diam saja, tidak peduli, asalkan kita mau hidup bijaksana, tulus dan bersih dihadapan Tuhan, maka Ia akan mengerjakan bagianNya secara diam-diam sampai rencanaNya digenapi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar