Kamis, 05 Maret 2009

UCAPKAN PERKATAAN POSITIF

Kita akan buka Alkitab kita, kitab Wahyu pasal 12 ayat 10;

Rev 12:10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Rev 12:11 Dan mereka (umat ketebusan) mengalahkan dia (si Iblis) oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.




Rev 12:12 Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Nyanyian ini disebut 'Nyanyian Kemenangan.' Ini tujuan akhir, finish line, dari perjalanan gereja Tuhan, saudara dan saya bersama Yesus. Walaupun kita sedang dalam keadaan dunia berkecamuk, tapi tahukah saudara, diujung jalan, diujung pada akhir perjalanan kita, itu akhirnya adalah kemenangan. Dan itu sebabnya di dalam Wahyu pasal 2 ayat ke 7;

Rev 2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Ayat 11;

Rev 2:11 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Ayat 17;

Rev 2:17 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya."

Ayat 26;

Rev 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;

Wahyu pasal 3 ayat 5;

Rev 3:5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Ayat 12;

Rev 3:12 Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.

Yang terakhir ayatnya yang ke 21;

Rev 3:21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Kemenangan tidak untuk semua orang. Karena ada kata, barangsiapa menang. Jemaat itu ada tiga macam. Ada yang aktif, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang non aktif. Semuanya jemaat. Ada yang aktif, imannya itu iman yang aktif seperti baterei dinyalakan, ada yang biasa-biasa saja, dia juga baterei, tapi nggak mau menyalakan batereinya. Ada yang non aktif, ada baterei tapi tidak ada batu batereinya, gelap terus.

Maka orang yang menang itu diambil dari jemaat. Bukan semua jemaat. Masuk sorga sih masuk sorga. Tapi barangsiapa yang menang itu, mempunyai pengalamanan jauh lebih tinggi, jauh lebih indah bersama dengan Kristus. Barangsiapa menang dia bisa mengalahkan Iblis, dunia, setan, dan kuasa daging. Jadi kemenangan tidak untuk semua orang.

Siapa yang mau berjuang, dia bisa menang. Siapa mau maju, dia bisa maju. Murid sekolah, gurunya sama, buku pelajarannya sama, diajarnya sama, jam pelajarannya sama, bahkan ada juga yang pakei les untuk mengingkatkan kemampuannya. Tetapi tidak semua pandai, tidak semua rankingnya di atas.

Itu sebabnya, barangsiapa menang, Yesus bicara tentang ranking pertama. Karena yang dibicarakan dalam Wahyu ini, adalah para pemenang. Kita kembali pada Wahyu 12.

Didalam Wahyu 12 ini, para pemenang-pemenang ini mempunyai kemenangan, ayatnya yang ke 10, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Tahukah saudara, yang mendakwa saudara siang-malam didepan Allah, menyalahkan saudara, itu Iblis. Dia sekarang lembur, naik turun ke langit dan dia mendakwa saudara, dia menuduh saudara dihadapan Allah Bapa.

Kita buka Zakharia pasal 3 ayat 1;

Zec 3:1 Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.

Imam besar di Israel di dakwa oleh Iblis. Jadi saudara jangan berteman dengan Iblis, karena dia jahat sekali. Dia mendakwa kita, dia menyalahkan kita. Saudara kalau datang ke gereja, ada rasa tertuduh, itu bukan dari Tuhan. Itu dari Iblis. 'Kamu kelihatan nggak benar, kamu kelihatan berdosa. Itu lihat, itu yang khotbah. Dengar khotbahnya. Nggak cocok kamu. Kamu nggak sama dengan khotbahnya. Kamu..." Itu Iblis. Sebab Tuhan tidak datang untuk menghukum. Yesus berkata, "Aku datang bukan untuk menghukum, Aku datang untuk menyelamatkan." Dan kalau Tuhan Yesus menyelamatkan, Dia tidak pernah mendakwa. Dia menyelamatkan kita, orang berdosa.

Sekarang kita mau lihat, pemenang ini, apanya yang sampai dipuji oleh Tuhan. Kembali kepada kitab Wahyu pasal 12 ayat 11;

Rev 12:11 Dan mereka (para pemenang tadi) mengalahkan dia (iblis) oleh (satu) darah Anak Domba,

Nomor satu, darah Anak Domba. Seorang Pendeta di Amerika, pada satu saat dia sedang berdoa. Tiba-tiba matanya terbuka. Dia melihat ratusan pasukan kegelapan dengan senjata menyerang dia, mengerikan. Dari jauh kelihatan, tambah lama tambah dekat. Ratusan ribuan. Tanpa sadar dia berkata, Oh the blood of Jesus, darah Yesus. Itu tentara berhenti. Dia berkata lagi, Oh the blood of Jesus. Darah Yesus. Tentara itu mulai seperti bingung, melihat kesana, melihat kesini, kudanya mulai meringkik, tidak bisa maju. Ketiga kali dia berkata, Oh the blood of Jesus, darah Yesus. Larilah itu tentara kegelapan sampai lenyap. Terdengarlah suara Tuhan berbisik kepada dia, "Kalau engkau tidak berbicara darah Yesus, Aku tidak bisa usir itu setan. Karena tugas Saya sudah selesai di atas salib."

Mereka yang mengalahkan. Bukan Yesus yang kalahkan, kita ikut-ikut menang, tidak. Mereka yang mengalahkan dengan darah Anak Domba. Itu sebabnya Perjamuan Kudus tidak bisa main-main, cekakak cekikik, ngomong, bisik-bisk, nggak bisa. Ini darah Kristus bukan hanya mengampuni dosa, Dia memenangkan peperangan.

Yang pertama, dia mengenal kuasa Anak Domba. Bukan minyak urapan yang kalaukepala pusing, diolesi. Ketika kita bilang darah Yesus berkuasa, dari ujung sampai ke bawah, darah Yesus menyelamatkan, menyembuhkan, menolong dan memulihkan saudara dan saya. Itu sebabnya darah Yesus, Sungguh heran darah-Nya Yesus...Sungguh heran darah-Nya Yesus...Kuasa Iblis dihancurkan oleh-Nya, Sungguh heran darah-Nya Yesus...Darah-Nya amat kuasa. Sucikan dari dosa...Lepaskan s'gala susah. Darah-Nya tebus saya...Itu hebatnya darah Yesus.

Yang kedua. Ayat 11, Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Saya senang saudara bersaksi. Karena dengan saudara bersaksi, saudara sudah booking kemenangan untuk peperangan yang akan datang.

Saudara dengar baik-baik dan perhatikan. 'Iman tidak bekerja dalam suasana kemungkinan.' Mari kita pindah ke bangunan yang baru. Terus dipikiran kita, nanti si itu nyumbang, nanti si itu nyumbang, nanti si itu nyumbang, kita sendiri tidak. Justru ketika segala sesuatu tidak mungkin, disitulah iman bekerja.

Kapan iman bekerja? Perkataan kita. Berkata dengan positif, jangan ngomong...aduh, kemarin ada penyanyi datang ke Cianjur bilang, "Sekarang saudara, adalah masa yang sulit. Sekarang disini sana kesulitan finansial." Aduh...kalau pendeta saja bilang sulit, bagaimana jemaatnya?

Saudaraku, tidak ada yang sulit bagi Tuhan. Kesulitan, bangkrut, miskin, kekurangan, nggak ada di kamus-Nya Tuhan. Itu sebabnya perkataan kita mesti sejalan dengan perkataan firman Tuhan. Firman Tuhan perkataan siapa? Perkataan Tuhan. Itu sebabnya ngomongan kita mesti sama dengan ini (alkitab.) Tidak ada yang mustahil bagi Allah, tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. Maka, ngomongan kita nggak boleh negatif.

Nggak boleh ngomong, aduh bagaimana, yah...aduh....Oooo, saudara nggak bakalan jadi pemenang. Bisa nggak? Bisa! Mampu nggak? mampu! Filipi 4 ayat 13, aku cakap, aku mampu berbuat segala sesuatu di dalam Dia yang menguatkan aku. Perkataannya membawa kemenangan.

Itu sebabnya saya berkata kemarin, kalau saudara pulang dari gereja, atau saudara lihat bangunan disebelah ini, saudara bilang, "Terima kasih Tuhan, Engkau sudah menyelesaikan. Terima kasih Tuhan Engkau sudah menyelesaikan." Bukan hanya gedung ini saja, rumah saudara belum selesai, saudara mesti ngomong, "Terima kasih Tuhan untuk dana. Terima kasih Tuhan untuk penyelesaian, Engkau menyediakan semuanya, segala sesuatu sudah disediakan. Terima kasih Tuhan, terima kasih."

Lihat lima ribu orang yang ikut Yesus tiga hari tiga malam, belum termasuk istri dan anak-anak. Tiga hari tiga malam nggak makan. Yesus tanya kepada murid-Nya, "Ini mereka sudah tiga hari tidak makan. Apa yang kamu akan buat?" Yesus tanya begitu, karena Dia tahu apa yang Dia akan lakukan.

Saudara, kalau saudara sedang mengahadapi 'masalah', masnya itu buang. Supaya yang saudara lihat itu Allah. Jangan lihat masalah. Lihatlah Allah. Amin? Perkataan saudara harus perkataan yang positif.

Jangan ngomong lagi kuntilanak, jangan. Hendaklah perkataanmu berkat. Yoel 3 ayat 10, Amsal 6 ayat 2, Amsal 18 ayat 20 sampai 22, matius 12 ayat 34 smpai 36, Markus 11 ayat 23 sampai 24, 2 Korintus 4 ayat 13, Ibrani 13 ayat 5 sampai 6, Kolose 4 ayat 6, semua tentang bicara yang positif.

Yoel 3 ayat 10 berkata, hendaklah yang lemah berkata, aku kuat. Amsal 6 ayat 2, engkau terikat oleh perkataan mulutmu. Jadi kalau kita ngomong susah, itu susah akan mengikat kita. Kalau kita ngomong menang, itu kemenangan mengikat kita. Perkataan kita mengikat kita. Amsal 18 ayat 20-21, engkau makan apa yang engkau katakan. Engkau akan kenyang dengan perkataanmu. Mati dan hidup dalam kuasa lidah.

Mati bukan karena kolesterol tinggi, dalam kuasa lidah. "Aduh, gua capek nih setengah mati, aku gua capek nih setengah mati." Setengah dah matinya. Jangan saudara bilang yang negatif.

Matius 12 ayat 34 - 36, engkau dibenarkan oleh perkataan mulutmu, engkau disalahkan oleh perkataan mulutmu. Markus 11 ayat 23-24, kalau engkau berkata kepada gunung ini, terangkatlah dan tercampaklah ke dalam laut, dengan tidak bimbang hati melainkan yakin bahwa perkataannya akan jadi kelak, salinan bahasa Inggris, he shall have what ever he said. Ia akan memiliki apa yang dia katakan.

Ketika saudara berkata, aku hidup berkelimpahan. Saudara akan memiliki apa yang saudara katakan. Ketika saudara berkata keluarga saya diberkati luar biasa, engkau akan dapat apa yang engkau katakan. Perusahaan saya diberkati, engkau akan mendapat apa yang engkau katakan. Tidak ada yang mustahil bagiku, yang percaya, engkau akan mendapat apa yang engkau katakan.

Hari Minggu saya tanya, "Apa boleh dagang di sini?"
Ibu Merry bilang, "Nggak boleh."
Hari Selasa sudah ada yang dagang. Nggak ada yang tiak boleh dihadapan Tuhan. Semuanya boleh. Dengan iman saudara-saudara. Yang pertama oleh darah, yang kedua dengan perkataan.

Yang ketiga, karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai kedalam maut. Saya yakin, maut disini, bukan maut kematian yang kita akan alami. Maut disini bicara mati kepada diri sendiri.

Saudara disalahkan, dituduh, didakwa macam-macam, saudara diam. Begitu saudara bilang, saya mau mengundurkan diri, saudara sudah cinta nyawa, saudara sayang nyawa. Aduh perasaan saya tersingung. 'Aku' saudara masih tinggi. Wah saya, dirugikan, 'keakuan' kita masih tinggi.

Korban uang, gampang. Sumbang buat gereja, gampang. Tapi korban perasaan, itu tidak gampang. Kalau saudara punya perasaan, sakit hati, saudara punya nyawa, masih saudara sayangi. Yesus bilang "Siapa menyayangi nyawa, dia kehilangan nyawa. Siapa kehilangan nyawa karena Tuhan, dia mendapat nyawa."

Saudara mau mendapat nyawa? Harus kehilangan dulu. Tahu nggak pemimpin? Yesus bilang mau jadi pemimpin? Kamu mesti berdiri paling bontot (belakang,) jadi pelayan. Tadi siang saya makan di Cahtter Box. Aduh...saya nggak bisa dah makan disitu. Duh, kesel saya. Banyak ribut. Tapi benar, ada yang bilang, kenapa kamu makan disini? Nggak bisa disalahi. Namanya aja Chatter. Chat itu chatting. Di dalam box lagi chattingnya.

Kita harus chatting dengan Tuhan. Perkataan kita harus penuh dengan iman. Karena perkataan dari 'sana' juga penuh dengan iman. Saudara tahu kalau chatting dengan Tuhan, sama dengan telepon. Kalau saudara telepon, yang disana ngomong terus, saudara nggak diijinkan ngomong, lama-lama saudara tutup itu telepon.

Demikian juga sembahyang. Kalau kita sembahyang, ngomong aja kita, oh Tuhan minta ini, minta itu. Tuhan berkatilah anjing saya si blacky dan si blonce. Tuhan Engkau tolong ayam saya peternak dan petelur.Tuhan Engkau tolong Tuhan anak saya yang sekolah di Singapura dan di Singaparna. Tuhan Engkau tolong Tuhan anak saya yang sekolah di Cikalong dan di Chicago. Engkau tolong, Tuhan.

Emangnya Tuhan ini departemen apa? Berhenti dulu kalau sembahyang, diam. Saya kebanyakan diam kalau sembahyang. Ntar Dia ngomong. Saya kalau sudah bestone, saya buka Alkitab, "Aduh Tuhan, saya mau khotbah apalagi ini Minggu? Nggak tahu lagi saya, Tuhan. Duh Tuhan saya khotbah apa lagi. Satu bulan sampai enam puluh kali saya khotbah. Kalau itu lagi-itu lagi, pada bosan. Orang Kerawang juga nggak mau datang lagi. Tuhan tolong..."

Nanti Dia ngomong, "Ini...ini..." Terima kasih Tuhan. Chatting, Dia ngomong, kita ngomong. Doa itu two way communication, kita kepada Tuhan, dan Tuhan kepada kita. Bukan one way, kita aja yang ngomong, Tuhan kita suruh gedean kuping-Nya. Kita ngomong terus sama Tuhan. Tahu nggak kalau Tuhan sudah bilang, "Aduh, sakit nih, kuping Gua." Terus Tuhan dengar si Victor ngomong, "Aku..aku ini Tuhan. Aku ini, ingin, aku ingin ac. Kok gembala kecil nggak ada imannya Tuhan. Aku...aku..." Lalu Tuhan bilang sama malaikat, "Tuh, si aku tuh. Beri berkat ac." Maka si 'aku' itu diberikan berkat ac. Itu bahasa gaul saudara-saudara, aku...aku...

Sebelum sembahyang, kalau bisa nyanyi dulu, sembah dulu, baru saudara minta. Jangan, "Tuhan, saya perlu ini!" Aduh, nggak sopan kepada Tuhan. Kan kita punya mulut? Kesaksian kita di dengar oleh Tuhan. "Betapa baiknya Engkau Tuhan. Betapa mulianya Engkau. Engkau yang memberi hidup. Nafas hidupku Engkau yang beri. Engkau mencukupkan saya. Engkau menjadikan saya kepala bukan ekor. Engkau memberi suara kepadaku. Engaku menolong aku dalam kesulitan. Tidak ada yang seperti Engkau Tuhan. Mulialah nama-Mu Tuhan. Kuduslah nama-Mu." Nggak minta aja, Tuhan sudah kasih.

Kalau cucu kita ngomong, "Aduh, opa...saya sayang sama opa. Selamat Tahun Baru, opa. Saya sayang sama opa." Pasti angpaunya besar. Demikian juga kalau chatting kita baik kepada Tuhan, perkataan kesaksian kita menyenangkan hati Tuhan. Biarkanlah perkataanku dan meditasi hatiku berkenan di hadirat-Mu Ya Tuhan. Tuhan Engkaulah juruselamatkau. Daud berkata, taruhlah penunggu dimulutku, supaya aku tidak salah ngomong. Mazmur 141 ayat 3;

Psa 141:3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!

Yang diawasi mulut. Awasi Tuhan, mulut saya, supaya perkataan saya ini perkataan iman, bukan perkataan yang takut, bukan perkataan pengecut, perkataan tindakan, perkataan orang yang diberkati Tuhan.

Mau diberkati Tuhan? Berlakulah seperti orang yang diberkati Tuhan. Saudara mau sembuh? Berlaku sebagai orang yang sembuh. Kalau saudara body building, saudara nggak usah gede-gedein badan, badan saudara sudah gede, kok. Kalau orang lain lihat, mereka akan berakta, ih, badannya gede, yah?!

Perkataan ini penting sekali. Apa pernah saudara kasih nama toko saudara jelek? Apa saudara kasih nama anak perempuan saudara si jublek? Nggak mungkin. Saya pernah saksiakan. Biar mata sipit, hidung pesek, dikasih nama Isabella. Iya! Nama harus baik.

Zakheus, fortuner, nasibnya baik. Yohanes, Tuhan suka mengampuni. Semua nama ada artinya. Simson, matahari. Tapi kalau anak saudara kurus kering kayak kucing, jangan dikasih nama Simson, malu atuh. Si meon boleh dah.

Di Cianjur ada toko namanya, "Toko Maju." Walaupun nggak maju, tapi "Toko Maju." "Bermanfaat." "Serba Guna." Nggak ada yang "Pasti Ambruk." Nggak ada. Tidak ada. Harus positif.

Saudara beri nama tahun saudara 'Tahun Pertumbuhan.' Pasti bertumbuhan. Itu sebabnya kita beri nama dengan iman, perkataan kita memenangkan peperangan.

Saudara masih sayang uang? Masih suka hitung-hitungan uang dengan Tuhan? Saya mau tanya. Pernah saudara bayar matahari? Pernah saudara bayar hujan turun untuk bikin gembur tanah? Pernah saudara bayar itu pohon berbuah? Ditanam dia tumbuh, ditanam dia tumbuh. Inipun terjadi dalam hal rohani. Jangan hitung-hitungan dengan Tuhan. Tuhan ahli berhitung. Sebab Yesus bilang dalam Yohanes 4, keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

Dia orang Yahudi. Soal hitung menghitung, Dia tahu. Jangan orang Tiongkok main-main dengan orang Yahudi, soal hitung menghitung, dia tahu. Makanya ketika dia ketemu Zakhesus, nggak ngomong apa-apa Dia. Dia lihat aja Zakheus. Zakheus ngomong, "Tuhan, setengah dari harta hamba, saya kasih kepada orang miskin." Nggak hitungan lagi dia. Asalnya hitungan.

"Lu pajak berapa?"
"Sepuluh ribu."
"Nggak mungkin. Dua puluh ribu. Harus bayar."
Yang pajaknya seratus ribu, dia tagih sampai tiga ratus ribu. Dia kaya dengan pajak. Tetapi ketika ketemu dengan Yesus, dia tidak lagi hitung-hitungan. "Setengah dari harta saya, saya serahkan kepada orang miskin. Dan kalau ada yang saya tipu, saya kembalikan empat kali lipat."

Lihat, Yesus nggak ngomong. Tapi Zakheus, tiba-tiba terbuka hatinya. Jangan hitung-hitungan dengan Tuhan.

Saudara, ketika orang Israel mau keluar dari Mesir, mereka bertanya kepada Tuhan, "Kami bawa apa Tuhan? Kami tidak punya apa-apa. Kami hanyalah kuli-kuli."
"Kamu minta kepada tuanmu (orang Mesir), aku yang akan balik hati mereka."
Mereka minta, "Sebelum kami pergi, kami minta kenang-kenangan."

Tiba-tiba orang Mesir, nggak ada hitung-hitungan. Emas mereka kasih, gelang emas mereka kasih. Bukan cuma satu orang, semua keluarga ngasih. Jadi emas itu dibawa oleh Israel pergi. Kita berpikir, buat apa itu emas? Di padang gurun buat apa? Ternyata setelah di padang gurun, Tuhan bilang kepada Musa,
"Musa, bikin tabernakel, bangunan untuk Aku."

Baru Musa mengerti. "Ini tabut, harus dari kayu dibungkus dengan emas. Ini tutupan harus emas. Kaki dian harus emas." Bayangkan kuli-kuli bawa emas. Dan ketika Musa berkata, "mau memberi persembahan, bawa kepada Tuhan." Mereka bawa yang boleh minta dari Mesir, mereka bawa...bawa...bawa...Sampai Musa bilang, "Sudah, kita sudah dapat cukup. Pulang." Tapi mereka mau bawa terus,"Saya mau memberi untuk Tuhan."
"Pulang..pulang...Kita sudah cukup. Lebih dari cukup. More than enough."

Ketika di Mesir, not enough. Ketika di padang gurun, enough. Tetapi ketika mau ke tanah perjanjian, more than enough. Kami perlu ini, kami perlu ini. Sudah...cukup...sudah cukup...Kembali...kembali...sudh...sudah...jangan nyumbang lagi. Kita sudah dapat cukup."

Itu orang yang meanng. tidak sayang nyawa. Nggak apa-apa pak, saya kerja bakti. Kalau dijamah duitnya aja, "Jangan dong kalau duit mah. Saya juga perlu uang." Belum jadi pemenang. Masih hitung-hitungan dengan Tuhan.

Kalau anak kecil ditanya oleh kita, "Kamu pilih mana,neng? Mau dikasih lima ratus hari ini (Selasa), atau mau tunggu sampai hari Minggu, opa kasih lima ribu?"

Dia nggak bisa ngitung. "Saya pengen lima ratus sekarang." Nggak apa-apa lima ratus, asal sekarang. Itu belum dewasa. Kalau orang sudah dewasa, dia tahan, sabar, tunggu. Belum dapat, dia tunggu. Sebab janjinya, tujuh hari aku kasih lima ribu.

Jangan menyayangi nyawa, perasaan, jangan disayangi. Apalagi uang. Saya akan ceita ya. Ada orang kaya sampai miskin sekali, sampai meninggal, karena kekayaannya dia pakai untuk membeli obat, untuk berobat ke Singapura. Waktu kita muda, we spend the health, to get the wealth. Tapi ketika tua, we spend the wealth to get the health. Kita pakai muda kesehatan kita untuk cari duit. Sudah kaya, waktu tua, kita pakai kekayaan kita untuk cari sehat.

Sia-sia kan, firman Tuhan di hari Minggu? Kesia-siaan diatas kesia-siaan. Elia berkata, "Hei perempuan, aku minta minum." Si janda di Sarfat kasih minum. Belum diminum itu air, "Bikinkan juga aku apem." Baru dia bilang,'Pak pendeta, tepung cuma segenggam, dan minyak di buli-buli sedikit. Saya mau masak ini makanan terakhir buat saya dan anak saya. Besok saya mati."

"Hei wanita, demi Allah yang hidup, bkin dulu untuk aku." Elia lambang Yesus. Makanan untuk janda dan anaknya, besok mati, disuruh bawa untuk Elia dulu. Elia belum makan, dia bilang, "Sekarang kamu bikin untuk kamu dan anakmu."

Bayangkan janda itu, dia baru kasih makan Elia, dia disuruh bikin lagi untuk dia dan anaknya. Apa bisa? Minyak tadi sudah digoyang-goyang, tepung sudah habis. Ketika di balik, tepungnya ada lagi segitu. Minyaknya ada lagi segitu.

Saudara, kita nggak usah kaya. Tapi apa yang kita perlu ada. Kenapa saudara ingin kaya. Pokoknya kita perlu ada. Dia makan sampai kenyang, kasih anaknya, ada lagi. Besok pagi ada lagi. Segenggam saja itu tepung. Dimasak, dikasih kepada anaknya, ada lagi. Elia bangun, dikasih, ada lagi. Tiga tahun setengah, sampai hujan turun, nggak habis itu tepung segenggam dan minyak di buli-buli.

Saudara mau mendapat kekayaan sekaligus, bermilyar-milyar, atau apa yang saudara perlu setiap hari, Tuhan sediakan? Hari depan kita, Bapa sudah pegang. Perkataan kita harus beriman. Perkataan kita harus positif.

Saya selalu pakai itu kesaksian dari orang Temanggung. Satu gadis, seorang guru. Dia bilang saya mau sharing dengan bapak. Udah, kalau mau sharing, perempuan kalau be,um menikah, pasti soal kawin atau pacaran. Kalau laki, dia gosok-gosok tangan. Ini perempuan,

"Pak saya ini saya ini hampir empat kali kawin."
"Kenapa?"
"Iya, saya jadi trauma, nggak berani pacaran lagi. Karena empat-empatnya mau kawin nggak jadi, pak. Saya diputuskan."
"Oh, kalau kamu trauma, untuk apa saya sembahyang? Nggak perlu. Kamu akan kalah oleh trauma kamu."
"Jadi bagaimana, pak? Saya harus bagaimana?"
"Kamu ingin menikah apa tidak?"
"Ingin pak.."
"Tulis di kertas, ingin menikah. Ingin suami suku apa?"
"Ya, pak, saya Jawa. Saya ingin suami saya Jawa saja. Supaya sama-sama bahasanya."
"Tulis. Kulitnya ungin kuning langsat, sawo matang?"
"Ya pak. Sawo matang"
"Mau pendek, sedang apa tinggi?"
"Pak, saya orang tinggi. Saya ingin memperbaiki keturunan. Kalau bisa agak tinggi, pak."
"Tulis. Doa jam sepuluh- sepuluh lima belas. Saya doa di Cianjur, kamu berdoa disini."

Itu bulan Juli, bulan Januari saya terima undangan, dia menikah. Enam bulan kemudian saya ke Temanggung, dia sudah hamil, bawa suaminya,
"Bapak...Puji Tuhan pak. Ini suami saya..."

Tinggi. Waktu itu saya tanya, ingin kerjaannya apa, suami? Dia jawab, guru. Kulitnya sawo matang. Saya tanya,
"Kerjaannya bapak, apa?"
"Saya guru, om..."

Perkataan kita yang penting meratakan jalan kita. Perkataan kita membuat kemenangan sudah di tangan kita. Perkataan kita...you have to believe it, you have it before you get it. Engkau harus percaya engkau miliki sebelum engkau dapatkan.

Yang keempat.Ayat 12, Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya. Halleuyah. Sukacita itu datang dari kemenangan. Kemenangan datang dari perkataan. Perkataan itu juga datang dari darah Anak Domba.

Sebentar kita masuk dalam Perjamuan Kudus. Kita harus sadar, Perjamuan Kudus mengingatkan kita, proses kemenangan dimulai dari darah Yesus. Setelah itu perkataan iman kita. Setelah itu kita tidak boleh mencintai nyawa kita apalagi cuma harta, apalagi cuma uang. Nyawa kita jangan disayang sampai kepada maut, baru kita mengalami sukacita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar